Naga Afrika: Kisah-kisah Mitologi dari Sungai Nil hingga Gurun
Kategori: Mitologi Afrika
Naga dalam cerita rakyat Afrika memiliki evolusi yang independen dari naga-naga di mitologi Eropa dan Asia. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki terlalu banyak kesamaan. Namun, mitos tentang makhluk serpen atau reptil raksasa yang bersifat supranatural tetap bertahan, bahkan di lingkungan tempat 'naga' sungguhan (seperti ular piton dan buaya) ada.
Mari kita selami sekilas dunia naga yang ditemukan di seluruh benua Afrika, dari gurun Mesir hingga kedalaman gua-gua di Afrika Selatan.
Naga Mesir: Penjaga dan Pengancam Firaun
Mitologi Mesir kuno kaya akan makhluk-makhluk draconic yang kuat, seringkali terkait dengan kehidupan dan kematian, serta perjalanan matahari.
Apep (Apophis)
Naga paling terkenal dalam mitologi Mesir adalah ular Apep, musuh abadi dewa Ra. Setiap malam, saat matahari terbenam, Ra harus melakukan perjalanan melalui dunia bawah yang gelap. Di sana, Apep menunggu untuk menerkam dan menelan matahari bersama Ra. Setiap fajar, Ra harus mengalahkan Apep agar matahari dapat terbit kembali.
Nehebkau
Dewa Nehebkau adalah dewa ular dengan atribut draconic, digambarkan sebagai ular dengan lengan dan kaki manusia. Ia menjaga pintu masuk dunia bawah dan melayani Ra. Posisinya menjadikannya sekutu penting bagi Ra dalam pertempuran abadinya melawan Apep. Nehebkau digambarkan begitu besar sehingga dunia konon bertumpu padanya, seringkali membentuk simbol ouroboros dengan ekornya di dalam mulut.
Denwen
Makhluk draconic penting lainnya adalah Denwen, monster serpen yang seluruhnya terbuat dari api, yang sudah ada 2.000 tahun sebelum bangkitnya agama Kristen. Sifatnya yang berapi-api begitu dahsyat sehingga dikatakan hampir menghancurkan panteon Mesir dengan menyebabkan kebakaran besar. Firaun akhirnya berhasil menghentikan Denwen, yang menjadi salah satu alasan posisi Firaun sebagai otoritas ilahi.
Akhekh
Akhekh adalah hibrida mitologis yang diyakini sebagai sekutu atau inkarnasi dewa Set, sehingga dikaitkan dengan kegelapan dan air. Meskipun umumnya dianggap sebagai simbol jahat, makhluk ini kadang-kadang dikaitkan dengan kekuatan Firaun. Ramses II pernah digambarkan sebagai Akhekh oleh musuh-musuh Het-nya, dan Metternich Stele menunjukkan kereta yang ditarik oleh Akhekh melindas dua buaya, dengan seorang raja menunggangi kereta tersebut.
Uraeus
Uraeus adalah ular bersayap fantastis yang terkait dengan royalti dan dewi kobra bersayap Wadjet. Wadjet adalah dewa cahaya yang mewakili kekuatan Mata Ra, dan ia berbagi gelar "Dua Wanita" dengan dewi burung bangkai Nekhbet, keduanya berfungsi sebagai pelindung ilahi firaun. Ular Uraeus dapat memuntahkan api, mirip dengan naga Barat.
Ular Pelangi Afrika: Aido-Hwedo
Tradisi Vodun di Afrika Barat menyertakan pemujaan terhadap ular pelangi, khususnya Aido-Hwedo. Aido-Hwedo memiliki banyak peran dalam berbagai versi Vodunisme.
Sebagai contoh, dalam agama Dahomean (pendahulu Vodun modern), ia membawa roh pencipta Mawu-Lisa (terbentuk dari energi Mawu dan Lisa, kembar yang lahir dari Nana-Buluku, dewi agung) di mulutnya. Mawu-Lisa mengisi daratan dengan kehidupan sementara Aido-Hwedo mengukir lembah-lembah di lanskap dengan gerakan serpennya yang berliku, membentuk gunung dan bukit dengan kotorannya. Dalam agama Fon, Aido-Hwedo diciptakan untuk melayani Nana-Buluku dengan menopang langit.
Aido-Hwedo juga muncul dalam Vodou Haiti, agama yang terkait dengan Vodun.
Naga Afrika dalam Bestiari Eropa
Banyak bestiari dan geografi Eropa menempatkan naga di Afrika dan India. Naga-naga ini digambarkan sebagai ular besar pemakan gajah. Beberapa peta juga menandai Ethiopia dengan wyvern hijau kecil, dan wyvern dalam 'History of Serpents' karya Edward Topsell disebut 'Draco aethiopicus' (naga Ethiopia).
Namun, gambaran ular bersayap dan ular pemakan naga ini tidak cocok secara dekat dengan mitologi Afrika mana pun. Kemungkinan besar para penulis hanya menempatkan naga dari mitologi Eropa (wyvern dan wyrm) di Afrika karena dianggap sebagai lokasi yang eksotis dan misterius.
Kriptozoologi dan Legenda Naga Modern
Di Cekungan Kongo, banyak deskripsi dari penjelajah Barat tentang hewan 'mirip dinosaurus', seperti Mokele-Mbembe (sauropoda semi-akuatik) atau Emela-ntouka (badak reptil). Karena ini adalah reptil misterius yang terkait dengan air, kisah-kisah kriptid Kongo ini dapat dianggap sebagai legenda naga modern.
Grootslang: Ular Raksasa Afrika Selatan
Ular besar atau Grootslang diyakini hidup di bawah tanah di Afrika Selatan, jauh di dalam gua-gua. Nama 'Grootslang' berasal dari bahasa Belanda dan Afrikaans yang berarti 'Ular Besar'.
Dari penjaga matahari hingga pembentuk lanskap, naga-naga Afrika menghadirkan kekayaan cerita dan makna budaya yang unik. Mereka adalah bukti imajinasi manusia yang tak terbatas, di tengah keberadaan reptil sungguhan di benua tersebut.
Belum ada Komentar untuk "Naga Afrika: Kisah-kisah Mitologi dari Sungai Nil hingga Gurun"
Posting Komentar